Adik kecilku

Adik kecilku,
Cafa adalah anak dari seorang pria yang mempunyai perusahaan besar, ibunya meninggal saat dia berusia 12 tahun, tak lama dari itu sang ayah menikah lagi dengan wanita yang lebih muda tiga tahun dari dia. Ibu tirinya adalah seorang wanita yang baik, dan telah memiliki seorang anak perempuan dari pernikahannya dulu. Sang ibu tiri itu sangat sayang pada cafa, namun ayahnya cafa sangat kasar terhadap cafa, setiap hari cafa harus belajar, seperti tidak ada waktu untuk istirahat, dia sangat beda dari anak-anak seusianya yang lain, hal itu karena kelak cafa akan menjadi penerus perusahaan.  Sang ibu tiri sangat khawatir terhadap cafa, karena ia terus dipaksa untuk belajar dari kecil, namun cafa tidak menyukai ibunya tersebut, apalagi terhadap adik perempuannya yang dua tahun lebih muda darinya.
enam tahun telah berlalu, namun keadaan dirumah tidak pernah penuh keceriaan, karena semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, cafa dan raya(adik perempuannya), bersekolah di SMA yang sama, cafa kelas 12, sedangkan raya masih kelas 10. Setiap hari cafa harus mengantar jemput raya, karena itu perintah dari ayahnya. Setiap pulang sekolah cafa harus langsung pulang untuk belajar bisnis, jadi dia tidak pernah punya waktu unuk bermain dengan teman-temannya, sedangkan sang adik bisa hidup bebas. Selama enam tahun raya selalu mencari perhatian kakaknya, agar cafa tidak membencinya, namun sikap cafa tidak pernah berubah. Raya selalu mengganggu kakaknya yang tampan itu, “kakak?, apa kau tidak menyukaiku?, apakah kau sangat membenciku?”, selalu itu yang ditanyakan raya.

Suatu hari, raya ada piket kelas jadi dia akan pulang terlambat, ia lupa member tahu cafa, lalu cafa lama menunggu dan akhirnya pulang duluan.  Ayah mereka belum pulang, jadi beliau tidak tahu, ibu raya sangat khawatir, karena raya jarang pulang sendiri, dan dia baru disekolah itu, ibu bertanya pada cafa, namun cafa hanya menjawab bahwa ia tidak tahu. Tiga jam raya masih belum pulang, jam sudah menunjukan pukul 05.15, ibu benar-benar khawatir, dan dari tadi supir yang disuruhnya mencari raya masih belum kembali. Cafa bersikap seakan-akan tidak terjadi apa-apa, dari tadi ibu mencoba menelpon, tapi ponsel raya tertinggal dikamarnya. Taklama cafa mengeluarkan motornya dan pergi kesekolah untuk mencari raya, dia melihat kekelas raya namun raya tidakada, dia mencari kesemua kelas,dan tiba dikelasnya sendiri, dia melihat raya sedang duduk di bangkunya cafa. “yah!! Gadis bodoh!”, bentak cafa, raya langsung menoleh, dan dilihatnya kakaknya sedang menjemputnya, “aku tahu kakak pasti akan kembali karna menghawatirkanku, aku tahu kakak tidak membenciku”, raya berlari dan memeluk cafa. “kakak sangat lama, aku ketakutan menunggu kakak disini sendirian, karena itu akuk kekelas kakak”. Cafa membawa raya pulang naik motornya, raya memeluk erat cafa, entah kenapa cafa merasa ada yang aneh pada dirinya, karena baru kali ini dia membiarkan raya memeluknya.

Setelah sampai dirumah, ayah sangat marah pada cafa karena dia tahu cafa meninggalkan raya, lalu raya membela cafa dan menenangkan ayahnya, karena ayahnya sangat sayang pada raya, cafa kesal dan langsung pergi lagi dengan motornya. Malam harinya saat cafa pulang, ia sangat terkejut saat masuk kekamarnya, karena raya sedang tertidur di kursi karena menunggui cafa. “gadis bodoh”, ucap cafa. Lalu cafa menaikkan raya keranjangnya, dan cafa tertidur disofa.  Raya terbangun dari tidurnya, dan melihat kakaknya tidur disofa, raya menyelimuti kakaknya seraya berkata,”lain kali kakak jangan menjadi kakakku”, lalu raya pindah kekamarnya, cafa ternyata hanya pura-pura tidur dan mendengar apa yang dikatakan raya. “kenapa kau mengatakan itu?, ada apa sebenarnya denganmu?”, Tanya cafa dalam hati.

Semakin hari cafa semakin baik, tidak sekasar dulu, tapi dia masih belum memanggil ibu tirinya dengan sebutan ibu, dan dia belum pernah memanggil raya dengan namanya, dia selalu memanggilnya gadis bodoh. beberapa hari setelah ujuan nasional, cafa mendatangi ibu tirinya, dan untuk pertama kalinya dia menyebutnya ibu. “ibu, akhir-akhir ini aku aneh, aku merasa benar-benar nyaman saat bersama dia(yang dimaksud adalah raya), bukankah ini aneh ibu”, cafa bersandar di bahu ibunya.  Ibunya sangat terkejut, “ibu, aku tidak tahu harus cerita pada siapa lagi, karena itu aku hanya bisa cerita pada ibu, maafkan aku selama ini”. Ibu cafa menangis mendengarnya.”entah kenapa terkadang aku berharap raya tidak menjadi adikku, aku tahu ini salah, karena itu aku ingin kuliah diluar negeri untuk melupakan perasaan ini”. “baiklah ibu mengizinkanmu untuk belajar keluar negeri, maafkan ibu karena menjadi ibu tirimu”, ibu tidak salah, aku sangat berterimakasih karena ibu telah menjadi ibuku, dan telah mengenalkanku pada adik yang cantik”. Seminggu setelah kelulusan, cafa berangkat keluar negeri tanpa member tahu raya, mereka semua menyembunyikan semua ini dari raya. Saat mengetahui cafa pergi, raya hanya mengatakan, “hah, kakak ini, selalu tidak pernah member tahuku”, ia tersenyum, tetapi matanya sangat merah, ibu yang tahu perasaan mereka sangat sedih melihat raya dan cafa.

Lima tahun terlewat, akhirnya cafa pulang dan siap menjalankan perusahaan ayahnya, tidak ada yang tahu apakah mereka telah melupakan perasaan itu, namun kini cafa menjadi anak yang sangat baik, dia bahkan memeluk ibunya saat pulang. Ternyata sang ayah telah menyiapkan kejutan untuk cafa, yaitu wanita yang disukai cafa saat dia SMP, ayahnya menjodohkan cafa dengan wanita itu, karena wanita itu juga anak dari pengusaha, cafa hanya bisa menerima. Sebulan cafa telah kembali, namun ia belum bertemu dengan adiknya, karena raya kuliah diluar kota. Lalu suatu hari raya mengirimkan suatu foto, yang dibelakangnya bertuliskan, “ibu, ayah, kakak, ini adalah pacarku, bukankah dia tampan?, mungkin aku belum bisa pulang karena masih sibuk, tapi aku janji akan datang dipernikahan kakak”. Laluibu menelpon raya dan menanyakannya, “ibu..”panggil raya,”aku belum siap untuk bertemu dengannya lagi bu, aku masih butuh waktu, kuharap ibu bisa mengerti”. Raya menangis, lalu mematikan telponnya.

Tiba pada hari pernikahan cafa, untuk pertama kalinya setelah lima tahun lebih tidak bertemu, cafa bisa bertemu dengan raya lagi, namun mereka hanya bisa saling tersenyum dari kejauhan, karena takut akan keraguan bahwa mereka belum bisa melupakan perasaan masing-masing. Raya menelpon cafa, “kakak selamat!,aku ikut bahagia untuk kakak”. “i.iya, kau harus menyusulku, adik kecilku,..”. Raya tersenyum dan mematikan telponnya, dan acara pernikahanpun dimulai.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Perjalanan Terakhir Kita

 Menunggu mu atau menunggu surat undangan pernikahan dirimu